Senin, 23 Mei 2011

Inilah Kemerdekaan & Kemandirian

“Manusia di dunia ini terbagi menjadi dua : Yang pertama adalah mereka yang dating ke pasar (dunia) ini dan menjual dirinya hingga menjadi budak. Yang kedua adalah mereka yang membela dirinya di pasar ini dan menjadikannya merdeka“ (Ali bin Abi Thalib).Anda bisa masuk kerja, lakukan pekerjaan anda, kemudian pulang dan mendapat upah. Maka anda telah menjual diri anda.

Tapi anda bisa masuk kerja, kemudian anda berinfaq dengan waktu anda, pikiran anda, seluruh potensi anda, fokus perhatian anda, kalau perlu dengan segala apa yang anda miliki, baik jiwa, raga, maupun harta, kemudian anda mendapatkan kemajuan begitu pula dengan perusahaan anda. Maka anda telah membeli diri anda.

Anda kemudian menjadi merdeka. Karena di lapangan tempat anda bekerja, anda bukan sekedar tukang beresin kerjaan, yang sehari­-harinya diperintah dan nunggu perintah. Tapi andalah pemilik pekerjaan itu. Andalah yang punya inisiatif menentukan langkah-langkah pekerjaan anda. Anda jugalah yang menjamin keberhasilan pekerjaan anda.

Karena andalah yang paling mengerti pekerjaan anda sendiri. Itulah kemerdekaan. Mandiri, sering diplesetkan menjadi mandi sendiri. Dikutip dari sebuah situs bisa jadi plesetan ini benar. Bahwa ada pekerjaan-­pekerjaan pribadi yang dapat dan harus kita lakukan sendiri. Masa mandi saja mesti dimandiin?

Mandiri berarti bertumpu pada kekuatan sendiri atau kondisi dimana seseorang tidak bergantung pada orang lain. Tindakan dan keberhasilan yang dia raih tidak harus menunggu dukungan orang lain atau tersedianya segala fasiltas dan sarana.Justru dialah yang menyediakan segala sesuatunya untuk mencapai keberhasilan. Sehingga tidaklah mudah menjadi orang yang mandiri.

Keikhlasan akan membentuk pekerja yang merdeka dan mandiri, karena dengan keikhlasan itu dia tidak akan pernah ragu untuk memberikan yang terbaik dari kemampuannya untuk ridha Allah saja.

“Janganlah kamu menjadi budak (hamba) seseorang, karena Allah telah menciptakan kamu dalam keadaan Merdeka.” (Ali bin Abi Thalib)

Pandangan visioner dari Rasulullah berkaitan kemerdekaan dan kemandirian ini membekali kita dengan do’a. Tentu saja ketika diperintahkan untuk berdo’a, maka disitu menyiratkan adanya permasalahan yang strateqis.

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari pesimis dan kecewa, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat penakut dan tidak mau berkorban, dari, lilitan hutang dan dominasi manusia.

Lilitan hutang dan dominasi manusia menunjukkan bahwa kita harus mandiri dan merdeka. Artinya secara ekonomi kita bisa mengatur pemenuhan hidup kita sendiri. Tidak tergantung kepada produktifitas orang lain apalagi orang kafir.

Seorang yang merdeka bukan berarti ia bebas melakukan apa saja. Tapi ia mengerti betul apa yang harus dilakukan untuk keberhasilan hidup ini. Sehingga ia memegang kendali. Kemandirian melahirkan kemerdekaan. Dan kemerdekaan berarti kemandirian. Kedua hal ini merupakan satu kesatuan sebagai ciri seorang muslim, dan anda pekerja muslim.

Ternyata Rasullullah menunjukan bahwa itu semua bermula dari hati. Kondisi hati yang pantang mengeluh terhadap keadaan dan selalu optimis memandang gelapnya masa depan. Disinilah iman dan taqwa menjadi jawaban.

Dari kondisi hati seperti itu akan muncul pribadi yang disiplin, penuh semangat dan selalu ingin meningkatkan kemampuan. Sehingga bermunculanlah individu yang belajar, berbuat, belajar lagi berbuat lagi Sampai sempurna ilmu dan amalnya.

Pribadi semacam itu akan menghasilkan karakter individu yang pemberani dan siap berkorban. Dalamnya ilmu dan besarnya semangat tidak akan berarti apa-apa bila tidak berani melakukan dan menghadapi tantangan serta kesiapan menanggung resiko.

Karena keberanian dan pengorbanan diperlukan untuk melakukan penetrasi kepada suatu wilayah kernenangan dan perjuangan baru. Sesuatu yang gelap dimasa depan harus kita jawab dengan melakukan sesuatu sehingga kita menjadi tahu. Akhirnya lahirlah manusia yang banyak `amal sholihnya dan efektif hasilnya.

Serangkaian ikhtiar ini akan sampai kepada suatu prestasi. Kemenangan yang Allah janjikan untuk orang beriman. Keberhasilan ini diapresiasi oleh Allah dengan memilih kita sebagai penguasa wilayah tersebut. Dan segala potensi digelontorkan untuk dikelola.

Inilah kemerdekaan dan kemandirian.

Sumber


Dikutip dari catatan Adi Supriadi



0 komentar:

Posting Komentar