Kebutuhan tenaga kerja di sektor ekonomi dalam negeri masih tinggi. Sejumlah perguruan tinggi membuat terobosan dengan menerapkan kelas internasional di fakultas ekonomi.
Perbincangan masalah ekonomi muncul dalam keseharian. Nyaris tak ada hari tanpa membahas masalah ekonomi. Mulai soal kecil seperti kenaikan harga cabe merah di pasar kampung hingga perdebatan panas tentang utang luar negeri. Debat yang disebut terakhir ini memang tak pernah surut dari panggung sejak satu dekade terakhir.
Maklum, utang luar negeri Indonesia terus membengkak. Data menujukkan, selama lima tahun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, jumlah nominal utang Indonesia membengkak dari Rp 1.275 trilyun pada 2004 menjadi Rp 1.667 trilyun pada 11 Februari 2009.
Para ekonom yang tergabung dalam tim Indonesia Bangkit menilai, jebakan utang itu didesain sekelompok ekonom yang mereka sebut "mafia Berkeley". Mereka adalah ekonom yang berkuasa pada pemerintahan negeri ini selama 40 tahun terakhir. Ekonom tim Indonesia Bangkit, Ichsanuddin Noorsy, menyebutkan bahwa Indonesia tidak akan bisa lepas dari jebakan utang bila tetap mempertahankan mafia Berkeley.
Julukan mafia Berkeley itu juga identik dengan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI). Sebab pentolan mafia Berkeley adalah para pendiri dan pengajar di fakultas non-eksakta paling bergengsi itu. Tak aneh pula jika FEUI dituding sebagai biang sistem ekonomi liberal alias kapitalisme. Sedangkan FE Universitas Gadjah Mada dipandang sebagai pendukung ekonomi kerakyatan.
Namun, menurut Dekan FEUI, Firmanzah, dikotomi strukturalis yang dikembangkan pada era 1970-an itu tidak relevan lagi. "Harus didefinisikan apa itu kapitalis dan ekonomi kerakyatan. Misalnya corporate social responsibility yang kapitalis juga ada unsur sosialnya. Demikian pula keberadaan serikat buruh yang diakui Kadin," ujar Firmanzah.
Ia menyatakan bahwa dengan globalisasi, pada saat ini kapitalisme tak mudah diterjemahkan. Globalisasi membuat isu penting yang mengemuka adalah national capacity building. "Bangsa kita disegani kalau kita kuat dan bagus pelayanan kesehatan, ekonomi, pendidikan, dan pelayanan sosialnya," kata Firmanzah.
Menurut Firmanzah, dari sisi kurikulum, FEUI tak pernah memihak pada sistem ekonomi mana pun. Sebab mereka menerapkan desain kurikulum eklektik. Jadi, para mahasiswa FE terbaik di Indonesia ini dibekali dengan beragam mazhab ekonomi. Pemilihan mana yang cocok diserahkan kepada mahasiswa.
Untuk meningkatkan kualitas lulusannya, FEUI melakukan beragam terobosan. Misalnya, membuat program studi ekonomi dengan kurikulum internasional, memperbanyak konferensi internasional, dan menambah jumlah pengajar tamu dari luar negeri. "Dengan mengadakan banyak acara internasional, setidaknya bahasa Inggris para mahasiswa akan lebih terlatih sehingga siap bersaing dengan siapa pun," katanya.
Upaya-upaya ini dilakukan karena kebutuhan sumber daya manusia yang memiliki keahlian bidang ekonomi terus meningkat, seiring dengan kemajuan ekonomi dan globalisasi. Misalnya, sektor perbankan nasional membutuhkan 20.000 tenaga kerja setiap tahun. Dengan catatan, yang diperlukan adalah ekonom profesional dan kreatif dengan kualitas internasional.
Pemenuhan kebutuhan itu menjadi tantangan bagi fakultas ekonomi, baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Nah, bagaimana kesiapan perguruan tinggi swasta dalam menghasilkan lulusan berkualitas? Berikut ini profil tiga fakultas ekonomi di perguruan tinggi swasta yang mendapat akreditasi A dari BAN-PT.
Universitas Trisakti
Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti berdiri di atas puing Universitas Res Publika pada zaman Orde Lama. Pada awal berdirinya, 29 November 1965, FE Universitas Trisakti mengalami masa cukup sulit karena keterbatasan sarana dan prasarana. Pada saat itu, FE Trisakti hanya punya satu jurusan, ekonomi perusahaan (manajemen), dengan jumlah mahasiswa 16 orang dan 15 dosen.
Secara bertahap, dibukalah jurusan baru, akuntansi dan ilmu ekonomi (IE). Ketiganya kemudian mendapat akreditasi A dari BAN-PT. Akreditasi ini didapat dengan beragam tolok ukur. Salah satunya, keberhasilan program studi IE memproduksi lulusan yang sanggup menganalisis, menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah ekonomi, dan memprediksi kondisi ekonomi masa depan dengan akurat.
Pencapaian nilai A fakultas terbesar itu ikut mendorong status Universitas Trisaksi menjadi perguruan tinggi swasta terbaik di Indonesia. Status ini makin kukuh dengan pengenalan program gelar ganda pada awal milenium kedua. Awalnya, FE Trisakti menggandeng Edith Cowan University, Australia. Lalu diperluas dengan Indiana University Purdue University Indianapolis (IUPUI) dan University of Missouri St. Louis (MSL).
Di bawah kepemimpinan Dekan FE Trisakti, Prof. Farida Jasfar, yang menjabat sejak tahun 2002, FE Trisakti juga membuka kelas unggulan dan kelas internasional. Dua program ini diberikan kepada mahasiswa yang mampu melewati persyaratan tertentu mulai dari semester III. Dua program ini mencoba menciptakan suasana belajar aktif di antara mahasiswa dan pada saat bersamaan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berbahasa Inggris.
Menurut Farida, jumlah mahasiswa FE Trisakti mencapai 14.000 orang, dengan rasio dosen dengan mahasiswa 1:20. Komposisi ini bisa didapat dengan mengerem laju penerimaan mahasiswa, yang dilakukan sejak tahun 2000. Sebelumnya, jumlah mahasiswa baru meningkat 40% setiap tahun, sehingga bisa mengurangi keseimbangan rasio dosen, mahasiswa, dan sarana/prasarana.
Agar sesuai dengan kebutuhan pasar dan perkembangan zaman, kurikulum program S-1 FE Trisakti dievaluasi dua tahun sekali. Farida menyatakan, FE Trisakti memandang penting praktikum dan magang. Tak mengherankan jika mahasiswa IE wajib mengikuti empat praktikum, mahasiswa manajemen lima praktikum, dan mahasiswa akuntansi enam praktikum.
Sedangkan magang bisa dilakukan di instansi dalam negeri atau bekerja sama dengan pihak luar negeri. Antara lain melalui program pertukaran mahasiswa, dosen, dan kerja sama penelitian dengan Mikeli Polytechnic, Finlandia, University of Holland, dan Christelijk Hogeschool Nord Holland.
Selain itu, untuk menyiapkan tenaga-tenaga profesional, FE Trisakti membuka program D-3 akuntansi perpajakan sampai doktoral. Lalu, jasa-jasa konsultasi bidang ekonomi, manajemen, dan akuntansi serta pelatihan bagi masyarakat diberikan melalui Lembaga Administrasi Perusahaan (LAP).
FE Trisakti juga membuat Pojok BEJ, hasil kerja sama dengan PT Bursa Efek Jakarta, untuk mengasah keahlian mahasiswa di bidang pasar modal. Pojok BEJ Trisakti menjadi mini-one stop information soal seluk-beluk pasar modal Indonesia dan internasional secara komprehensif dan akurat. Mulai JSX Real- Time Securities Information System (JSX-RTI) hingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Di sini juga tersedia laboratorium simulasi perdagangan efek di Bursa Efek Universitas Trisakti, yang punya 37 unit komputer dan satu server. Sehingga mahasiswa bisa bersimulasi proses jual-beli saham secara kongkret seperti di Bursa Efek Jakarta.
Lokasi FE Trisakti yang strategis di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Timur juga mempermudah penyerapan informasi. Apalagi, ditambah dengan fasilitas penunjang lainnya, seperti internet, CD-ROM, perpustakaan modern, dan ruangan kuliah yang representatif.
ABFI Perbanas
Cikal bakal Asia Banking and Finance Institute (ABFI) Perbanas dimulai dengan pendirian Yayasan Pendidikan Perbanas (YPP) pada 19 Februari 1969. YPP yang dimotori O.P. Simorangkir dan Sarono ini lalu mendirikan Akademi Ilmu Perbankan (AIP) Perbanas. Semula, AIP Perbanas berkantor di Jalan Sindanglaya Nomor 1, Menteng, Jakarta Pusat.
Kegiatan perkuliahan menumpang di TK dan SD Trisula, di Jalan Pariaman, masih di bilangan Menteng. Selama setengah dekade awal pendiriannya, AIP mengalami pasang-surut. Masa paling suram dialami pada 1974, ketika jumlah mahasiswa AIP hanya tersisa 28 orang dari 100 orang.
Keadaan ini mendorong dilakukannya perubahan pengurus yayasan. Nyoo Han Siang, seorang bankir terkemuka, terpilih menjadi ketua yayasan. Seiring dengan pertambahan jurusan akuntansi, pada 1982 AIP berubah menjadi Akademi Akuntansi dan Perbankan (AAP) Perbanas. Ketika itu, AAP hanya menyediakan program D-3 akuntansi dan manajemen.
Pertumbuhan pesat industri perbankan sejak Paket Kebijakan Oktober 1988 (Pakto 88) membuat kebutuhan tenaga profesional perbankan, akuntansi, dan manajemen meningkat. Sehingga AAP berkembang menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Perbanas. Jenjang pendidikan yang disediakan makin tinggi, yaitu S-1 akuntansi serta S-1 manajemen keuangan dan perbankan. Keduanya berakreditasi A.
Pada saat bersamaan, YPP mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Informatika dan Komputer (STIMIK) Perbanas. Namun, sejak tahun 2006, YPP melakukan evaluasi terkait kesulitan memenangkan persaingan di antara perguruan tinggi negeri ternama, seperti UI, UGM, ITB, dan IPB. Masalahnya berawal dari melebarnya bidang kajian STIE sehingga bersifat umum. Karena itu, YPP memutuskan menggabungkan STIE dengan STMIK sejak 23 Oktober 2007. Nama barunya adalah ABFI Perbanas.
ABFI yang dipimpin Harinowo ini bertekad mendorong industri keuangan dan perbankan Indonesia agar kuat, efisien, solid, inovatif, dan sanggup berkiprah di industri keuangan dan perbankan global. Misi ini direalisasikan lewat penawaran enam program (S-1 dan D-3), yaitu akuntansi, manajemen, komputer akuntansi, sistem informasi, sistem komputer, dan teknik informatika.
Khusus untuk jurusan akuntansi dan manajemen, tersedia beberapa konsentrasi, seperti keuangan perbankan, pasar modal, asuransi, dan sumber daya manusia. Perguruan tinggi yang berlokasi di kawasan "segitiga emas" Jakarta ini juga punya program kelas internasional S-1 manajemen dan akuntansi. Tak hanya itu. Perguruan tinggi seluas 22.820 meter persegi ini pun punya program sertifikasi bertaraf internasional, seperti financial risk manager dan certified financial planner.
Untuk menunjang kelancaran kuliah bagi sekitar 7.500 mahasiswanya, ABFI punya 52 ruang kuliah ber-AC berkapasitas 50 tempat duduk. Dilengkapi dengan 10 ruang laboratorium mandiri, seperti laboratorium bank mini, laboratorium bahasa Inggris, dan laboratorium akuntansi. Laboratorium bank mini berlokasi di Unit III lantai VI, dengan kapasitas masing-masing 15 peserta, dilengkapi 30 komputer peraga dengan program modul perbankan modern berjaringan online system.
Sedangkan laboratorium akuntansi dan manajemen yang terkomputerisasi dilengkapi dengan program-program aplikasi komputer akuntansi, EDP-audit, software statistik, software manajemen keuangan, dan lain-lain. Di setiap laboratorium terdapat 25 unit komputer, yang dilengkapi alat peraga (LCD projector, panaboard, dan printer), berlokasi di Unit III lantai II.
Tidak hanya itu. Perpustakaan ABFI Perbanas termasuk lengkap dan modern. Tersedia 10.059 judul buku, dengan jumlah 28.208 eksemplar. Jumlah ini di luar koleksi majalah, jurnal, dan media cetak. Ruang baca dan refensi disediakan tersendiri di lantai terpisah.
Dengan segala kelengkapan fasilitas dan perbaikan kurikulum, ABFI yakin bisa meningkatkan penyerapan lulusannya di dunia kerja. Sebelum bermetamorfosis, 60% dari sekitar 15.000 lulusannya terserap di dunia perbankan. Sisanya bergelut di dunia usaha, seperti wiraswastawan dan tenaga edukatif.
Universitas Persada Indonesia YAIUsia Universitas Persada Indonesia (UPI) YAI tergolong masih muda bila dibandingkan dengan universitas swasta lainnya. UPI YAI berdiri pada 20 Mei 1985 sebagai hasil desakan alumni Akademi Akuntansi YAI yang menginginkan kelanjutan studi S-1 tanpa meninggalkan kampus. Pada saat ini, FE UPI YAI yang dikomandani Yosandi Yulius, SE, MM, punya dua jurusan S-1, yaitu akuntansi dan manajemen, dengan akreditasi A.
Secara umum, UPI YAI masuk peringkat kesembilan perguruan tinggi swasta terbaik dan favorit di Indonesia. Sistem belajar yang dipakai adalah sistem terpadu proporsional teoretis dan praktis yang berwawasan global oleh tenaga dosen lulusan dalam dan luar negeri dan praktisi berkualifikasi internasional. Untuk itu, mereka menjalin kerja sama dengan beragam lembaga pendidikan, organisasi, dan instansi pemerintah.
Antara lain menggandeng Cleveland State University dan Colorado State University dalam bidang penelitian dan akademik. Juga dengan Departemen Pendidikan Nasional, Bappenas, Departemen Dalam Negeri, dan Asian Development Bank (State Audit Reform Sector Development Program --STAR-SDP) dalam penyelenggaraan pendidikan program magister (S-2) akuntansi pemerintahan/pengawasan keuangan negara.
Fasilitas penunjang yang dimiliki FE UPI YAI juga memadai. Ada perpustakaan dengan koleksi 20.000 judul buku, puluhan laboratorium, area hotspot di seluruh kampus, kantor akuntan, bank mini, lembaga pengabdian kepada masyarakat, bus kampus, dan Pojok BEI.
Yang menarik adalah keberadaan training dan learning center (TLC), yang memberikan beragam pelatihan, dari akuntansi, pajak, bahasa asing, hingga audit keuangan. Fasilitas perpustakaan online dan pembelajaran e-learning UPI YAI pun berjalan mulus.
FE UPI YAI peduli pula pada nasib lulusannya. Pihak kampus membantu pencarian kerja, dengan membuka akses Bursa Kerja Online YAI, bekerja sama dengan Departemen Tenaga Kerja. Juga ada kerja sama dengan Hipmi Jaya dan Kadin Jaya.
Oleh:
Astari Yanuarti
Ibnu Haidar (Mahasiswa Trisakti)
Perbincangan masalah ekonomi muncul dalam keseharian. Nyaris tak ada hari tanpa membahas masalah ekonomi. Mulai soal kecil seperti kenaikan harga cabe merah di pasar kampung hingga perdebatan panas tentang utang luar negeri. Debat yang disebut terakhir ini memang tak pernah surut dari panggung sejak satu dekade terakhir.
Maklum, utang luar negeri Indonesia terus membengkak. Data menujukkan, selama lima tahun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, jumlah nominal utang Indonesia membengkak dari Rp 1.275 trilyun pada 2004 menjadi Rp 1.667 trilyun pada 11 Februari 2009.
Para ekonom yang tergabung dalam tim Indonesia Bangkit menilai, jebakan utang itu didesain sekelompok ekonom yang mereka sebut "mafia Berkeley". Mereka adalah ekonom yang berkuasa pada pemerintahan negeri ini selama 40 tahun terakhir. Ekonom tim Indonesia Bangkit, Ichsanuddin Noorsy, menyebutkan bahwa Indonesia tidak akan bisa lepas dari jebakan utang bila tetap mempertahankan mafia Berkeley.
Julukan mafia Berkeley itu juga identik dengan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI). Sebab pentolan mafia Berkeley adalah para pendiri dan pengajar di fakultas non-eksakta paling bergengsi itu. Tak aneh pula jika FEUI dituding sebagai biang sistem ekonomi liberal alias kapitalisme. Sedangkan FE Universitas Gadjah Mada dipandang sebagai pendukung ekonomi kerakyatan.
Namun, menurut Dekan FEUI, Firmanzah, dikotomi strukturalis yang dikembangkan pada era 1970-an itu tidak relevan lagi. "Harus didefinisikan apa itu kapitalis dan ekonomi kerakyatan. Misalnya corporate social responsibility yang kapitalis juga ada unsur sosialnya. Demikian pula keberadaan serikat buruh yang diakui Kadin," ujar Firmanzah.
Ia menyatakan bahwa dengan globalisasi, pada saat ini kapitalisme tak mudah diterjemahkan. Globalisasi membuat isu penting yang mengemuka adalah national capacity building. "Bangsa kita disegani kalau kita kuat dan bagus pelayanan kesehatan, ekonomi, pendidikan, dan pelayanan sosialnya," kata Firmanzah.
Menurut Firmanzah, dari sisi kurikulum, FEUI tak pernah memihak pada sistem ekonomi mana pun. Sebab mereka menerapkan desain kurikulum eklektik. Jadi, para mahasiswa FE terbaik di Indonesia ini dibekali dengan beragam mazhab ekonomi. Pemilihan mana yang cocok diserahkan kepada mahasiswa.
Untuk meningkatkan kualitas lulusannya, FEUI melakukan beragam terobosan. Misalnya, membuat program studi ekonomi dengan kurikulum internasional, memperbanyak konferensi internasional, dan menambah jumlah pengajar tamu dari luar negeri. "Dengan mengadakan banyak acara internasional, setidaknya bahasa Inggris para mahasiswa akan lebih terlatih sehingga siap bersaing dengan siapa pun," katanya.
Upaya-upaya ini dilakukan karena kebutuhan sumber daya manusia yang memiliki keahlian bidang ekonomi terus meningkat, seiring dengan kemajuan ekonomi dan globalisasi. Misalnya, sektor perbankan nasional membutuhkan 20.000 tenaga kerja setiap tahun. Dengan catatan, yang diperlukan adalah ekonom profesional dan kreatif dengan kualitas internasional.
Pemenuhan kebutuhan itu menjadi tantangan bagi fakultas ekonomi, baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Nah, bagaimana kesiapan perguruan tinggi swasta dalam menghasilkan lulusan berkualitas? Berikut ini profil tiga fakultas ekonomi di perguruan tinggi swasta yang mendapat akreditasi A dari BAN-PT.
Universitas Trisakti
Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti berdiri di atas puing Universitas Res Publika pada zaman Orde Lama. Pada awal berdirinya, 29 November 1965, FE Universitas Trisakti mengalami masa cukup sulit karena keterbatasan sarana dan prasarana. Pada saat itu, FE Trisakti hanya punya satu jurusan, ekonomi perusahaan (manajemen), dengan jumlah mahasiswa 16 orang dan 15 dosen.
Secara bertahap, dibukalah jurusan baru, akuntansi dan ilmu ekonomi (IE). Ketiganya kemudian mendapat akreditasi A dari BAN-PT. Akreditasi ini didapat dengan beragam tolok ukur. Salah satunya, keberhasilan program studi IE memproduksi lulusan yang sanggup menganalisis, menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah ekonomi, dan memprediksi kondisi ekonomi masa depan dengan akurat.
Pencapaian nilai A fakultas terbesar itu ikut mendorong status Universitas Trisaksi menjadi perguruan tinggi swasta terbaik di Indonesia. Status ini makin kukuh dengan pengenalan program gelar ganda pada awal milenium kedua. Awalnya, FE Trisakti menggandeng Edith Cowan University, Australia. Lalu diperluas dengan Indiana University Purdue University Indianapolis (IUPUI) dan University of Missouri St. Louis (MSL).
Di bawah kepemimpinan Dekan FE Trisakti, Prof. Farida Jasfar, yang menjabat sejak tahun 2002, FE Trisakti juga membuka kelas unggulan dan kelas internasional. Dua program ini diberikan kepada mahasiswa yang mampu melewati persyaratan tertentu mulai dari semester III. Dua program ini mencoba menciptakan suasana belajar aktif di antara mahasiswa dan pada saat bersamaan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berbahasa Inggris.
Menurut Farida, jumlah mahasiswa FE Trisakti mencapai 14.000 orang, dengan rasio dosen dengan mahasiswa 1:20. Komposisi ini bisa didapat dengan mengerem laju penerimaan mahasiswa, yang dilakukan sejak tahun 2000. Sebelumnya, jumlah mahasiswa baru meningkat 40% setiap tahun, sehingga bisa mengurangi keseimbangan rasio dosen, mahasiswa, dan sarana/prasarana.
Agar sesuai dengan kebutuhan pasar dan perkembangan zaman, kurikulum program S-1 FE Trisakti dievaluasi dua tahun sekali. Farida menyatakan, FE Trisakti memandang penting praktikum dan magang. Tak mengherankan jika mahasiswa IE wajib mengikuti empat praktikum, mahasiswa manajemen lima praktikum, dan mahasiswa akuntansi enam praktikum.
Sedangkan magang bisa dilakukan di instansi dalam negeri atau bekerja sama dengan pihak luar negeri. Antara lain melalui program pertukaran mahasiswa, dosen, dan kerja sama penelitian dengan Mikeli Polytechnic, Finlandia, University of Holland, dan Christelijk Hogeschool Nord Holland.
Selain itu, untuk menyiapkan tenaga-tenaga profesional, FE Trisakti membuka program D-3 akuntansi perpajakan sampai doktoral. Lalu, jasa-jasa konsultasi bidang ekonomi, manajemen, dan akuntansi serta pelatihan bagi masyarakat diberikan melalui Lembaga Administrasi Perusahaan (LAP).
FE Trisakti juga membuat Pojok BEJ, hasil kerja sama dengan PT Bursa Efek Jakarta, untuk mengasah keahlian mahasiswa di bidang pasar modal. Pojok BEJ Trisakti menjadi mini-one stop information soal seluk-beluk pasar modal Indonesia dan internasional secara komprehensif dan akurat. Mulai JSX Real- Time Securities Information System (JSX-RTI) hingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Di sini juga tersedia laboratorium simulasi perdagangan efek di Bursa Efek Universitas Trisakti, yang punya 37 unit komputer dan satu server. Sehingga mahasiswa bisa bersimulasi proses jual-beli saham secara kongkret seperti di Bursa Efek Jakarta.
Lokasi FE Trisakti yang strategis di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Timur juga mempermudah penyerapan informasi. Apalagi, ditambah dengan fasilitas penunjang lainnya, seperti internet, CD-ROM, perpustakaan modern, dan ruangan kuliah yang representatif.
ABFI Perbanas
Cikal bakal Asia Banking and Finance Institute (ABFI) Perbanas dimulai dengan pendirian Yayasan Pendidikan Perbanas (YPP) pada 19 Februari 1969. YPP yang dimotori O.P. Simorangkir dan Sarono ini lalu mendirikan Akademi Ilmu Perbankan (AIP) Perbanas. Semula, AIP Perbanas berkantor di Jalan Sindanglaya Nomor 1, Menteng, Jakarta Pusat.
Kegiatan perkuliahan menumpang di TK dan SD Trisula, di Jalan Pariaman, masih di bilangan Menteng. Selama setengah dekade awal pendiriannya, AIP mengalami pasang-surut. Masa paling suram dialami pada 1974, ketika jumlah mahasiswa AIP hanya tersisa 28 orang dari 100 orang.
Keadaan ini mendorong dilakukannya perubahan pengurus yayasan. Nyoo Han Siang, seorang bankir terkemuka, terpilih menjadi ketua yayasan. Seiring dengan pertambahan jurusan akuntansi, pada 1982 AIP berubah menjadi Akademi Akuntansi dan Perbankan (AAP) Perbanas. Ketika itu, AAP hanya menyediakan program D-3 akuntansi dan manajemen.
Pertumbuhan pesat industri perbankan sejak Paket Kebijakan Oktober 1988 (Pakto 88) membuat kebutuhan tenaga profesional perbankan, akuntansi, dan manajemen meningkat. Sehingga AAP berkembang menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Perbanas. Jenjang pendidikan yang disediakan makin tinggi, yaitu S-1 akuntansi serta S-1 manajemen keuangan dan perbankan. Keduanya berakreditasi A.
Pada saat bersamaan, YPP mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Informatika dan Komputer (STIMIK) Perbanas. Namun, sejak tahun 2006, YPP melakukan evaluasi terkait kesulitan memenangkan persaingan di antara perguruan tinggi negeri ternama, seperti UI, UGM, ITB, dan IPB. Masalahnya berawal dari melebarnya bidang kajian STIE sehingga bersifat umum. Karena itu, YPP memutuskan menggabungkan STIE dengan STMIK sejak 23 Oktober 2007. Nama barunya adalah ABFI Perbanas.
ABFI yang dipimpin Harinowo ini bertekad mendorong industri keuangan dan perbankan Indonesia agar kuat, efisien, solid, inovatif, dan sanggup berkiprah di industri keuangan dan perbankan global. Misi ini direalisasikan lewat penawaran enam program (S-1 dan D-3), yaitu akuntansi, manajemen, komputer akuntansi, sistem informasi, sistem komputer, dan teknik informatika.
Khusus untuk jurusan akuntansi dan manajemen, tersedia beberapa konsentrasi, seperti keuangan perbankan, pasar modal, asuransi, dan sumber daya manusia. Perguruan tinggi yang berlokasi di kawasan "segitiga emas" Jakarta ini juga punya program kelas internasional S-1 manajemen dan akuntansi. Tak hanya itu. Perguruan tinggi seluas 22.820 meter persegi ini pun punya program sertifikasi bertaraf internasional, seperti financial risk manager dan certified financial planner.
Untuk menunjang kelancaran kuliah bagi sekitar 7.500 mahasiswanya, ABFI punya 52 ruang kuliah ber-AC berkapasitas 50 tempat duduk. Dilengkapi dengan 10 ruang laboratorium mandiri, seperti laboratorium bank mini, laboratorium bahasa Inggris, dan laboratorium akuntansi. Laboratorium bank mini berlokasi di Unit III lantai VI, dengan kapasitas masing-masing 15 peserta, dilengkapi 30 komputer peraga dengan program modul perbankan modern berjaringan online system.
Sedangkan laboratorium akuntansi dan manajemen yang terkomputerisasi dilengkapi dengan program-program aplikasi komputer akuntansi, EDP-audit, software statistik, software manajemen keuangan, dan lain-lain. Di setiap laboratorium terdapat 25 unit komputer, yang dilengkapi alat peraga (LCD projector, panaboard, dan printer), berlokasi di Unit III lantai II.
Tidak hanya itu. Perpustakaan ABFI Perbanas termasuk lengkap dan modern. Tersedia 10.059 judul buku, dengan jumlah 28.208 eksemplar. Jumlah ini di luar koleksi majalah, jurnal, dan media cetak. Ruang baca dan refensi disediakan tersendiri di lantai terpisah.
Dengan segala kelengkapan fasilitas dan perbaikan kurikulum, ABFI yakin bisa meningkatkan penyerapan lulusannya di dunia kerja. Sebelum bermetamorfosis, 60% dari sekitar 15.000 lulusannya terserap di dunia perbankan. Sisanya bergelut di dunia usaha, seperti wiraswastawan dan tenaga edukatif.
Universitas Persada Indonesia YAIUsia Universitas Persada Indonesia (UPI) YAI tergolong masih muda bila dibandingkan dengan universitas swasta lainnya. UPI YAI berdiri pada 20 Mei 1985 sebagai hasil desakan alumni Akademi Akuntansi YAI yang menginginkan kelanjutan studi S-1 tanpa meninggalkan kampus. Pada saat ini, FE UPI YAI yang dikomandani Yosandi Yulius, SE, MM, punya dua jurusan S-1, yaitu akuntansi dan manajemen, dengan akreditasi A.
Secara umum, UPI YAI masuk peringkat kesembilan perguruan tinggi swasta terbaik dan favorit di Indonesia. Sistem belajar yang dipakai adalah sistem terpadu proporsional teoretis dan praktis yang berwawasan global oleh tenaga dosen lulusan dalam dan luar negeri dan praktisi berkualifikasi internasional. Untuk itu, mereka menjalin kerja sama dengan beragam lembaga pendidikan, organisasi, dan instansi pemerintah.
Antara lain menggandeng Cleveland State University dan Colorado State University dalam bidang penelitian dan akademik. Juga dengan Departemen Pendidikan Nasional, Bappenas, Departemen Dalam Negeri, dan Asian Development Bank (State Audit Reform Sector Development Program --STAR-SDP) dalam penyelenggaraan pendidikan program magister (S-2) akuntansi pemerintahan/pengawasan keuangan negara.
Fasilitas penunjang yang dimiliki FE UPI YAI juga memadai. Ada perpustakaan dengan koleksi 20.000 judul buku, puluhan laboratorium, area hotspot di seluruh kampus, kantor akuntan, bank mini, lembaga pengabdian kepada masyarakat, bus kampus, dan Pojok BEI.
Yang menarik adalah keberadaan training dan learning center (TLC), yang memberikan beragam pelatihan, dari akuntansi, pajak, bahasa asing, hingga audit keuangan. Fasilitas perpustakaan online dan pembelajaran e-learning UPI YAI pun berjalan mulus.
FE UPI YAI peduli pula pada nasib lulusannya. Pihak kampus membantu pencarian kerja, dengan membuka akses Bursa Kerja Online YAI, bekerja sama dengan Departemen Tenaga Kerja. Juga ada kerja sama dengan Hipmi Jaya dan Kadin Jaya.
Oleh:
Astari Yanuarti
Ibnu Haidar (Mahasiswa Trisakti)
0 komentar:
Posting Komentar